Kenangan Kita Tentang Tuhan


 

Membuka postingan pesbuk tiga, empat bahkan lima tahun lalu sama dengan melemparkan diri pada setumpuk memori silam yang menjadi bukti bahwa kita pernah melewati setapak-setapak rumit, mudah, lucu, geli, sedih dan bahagia dalam rentang waktu yang tak sebentar. Cerita tentang fase paling dirindukan, dimuaki bahkan seakan tak pernah mau kita sedikit bayangkan. Namun, kenangan tetaplah terkenang, dia tetaplah barang yang hidup dalam ingatan. Sejauh apa pun kita mencoba melupakan, makin benderanglah determinasinya dalam kehidupan.

Seseorang tiba-tiba memutar balik arah tidurnya ke timur, setelah pikirannya memunculkan sebuah memori kelam tentang nasib perjuangan cintanya. Memutar arah badan ini dilakukan setelah dia tak mampu mengenang sebuah kepahitan manakala dia mengutarakan cinta kepada wanita yang tak sekadar menolak, bahkan menyembur wajahnya dengan nasi goreng yang sedang dikunyah dalam mulutnya. Pahit sekali cinta itu!

Sisi traumatik bisa saja menjadi penyebab dari kejombloan sang shohibul kenangan me-ngennes-kan itu. Atau seorang kemudian berusaha terputus dengan pesbuk dalam tempo yang lama hanya karena tak kuat dengan bully yang pernah dia terima tentang satu dua hal yang pernah dia lakukan di rumah maya itu. Pada intinya, kenangan itu begitu kuat hidup dalam setiap ingatan seorang. Dalam guyonan cerdasnya, Gus Dur pernah menjawab ketika ditanya apakah dia sudah memaafkan dan melupakan sikap politik Amin Rais dan Megawati yang melengserkannya. Beliau menjawab “di-maafkan, lupa sih enggak!”.

Sedemikian kuatnya ingatan tentang berbagai masa lalu dalam pikiran seseorang, sehingga mencoba memendamnya sedalam mungkin merupakan perbuatan sia-sia. Hal ini karena tumpukan ingatan itu bukanlah sesuatu yang berada dalam dirinya, melainkan dia eksternal darinya, dia masuk dalam struktur paling rumit dan mendalam dari kerja otak yang bertugas memberikan referensi dari setiap tindakan yang dilahirkan hari ini. Dia menyertai sampai kita, ke mana pun jua. Dia membentuk satu gugus ingatan yang kemudian membentuk gagasan seorang tentang sikap dan pilihan-pilihan yang akan dia ambil secara aktual hari ini.

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ

Karenanya, Tuhan dengan segala kebijaksanaan dalam diri-Nya, membawa Nabi Muhammad Saw, manakala keputusasaan sedang melibas hatinya, ke dalam sebuah memori silam tentang satu masa di mana Allah tak pernah meninggalkannya barang sedetik pun. Bahwa kasih sayang-Nya tak pernah terlepas barang sejenak pun.

أَلَمۡ یَجِدۡكَ یَتِیمࣰا فَـَٔاوَىٰ ۝٦ وَوَجَدَكَ ضَاۤلࣰّا فَهَدَىٰ ۝٧ وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلࣰا فَأَغۡنَىٰ ۝٨

 

Memori masa lalu Nabi Muhammad yang penuh dengan keajaiban dari Allah sangatlah penting perannya. Selain menunjukkan betapa romantisnya Tuhan dalam menyapa dan menghibur sang Nabi yang sedang berduka, juga memberikan isyarat kepada kita bahwa kenangan masa lalu itu juga menjadi tanda bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dalam setiap rute hidup yang tak selalu akan rumit, mudah, sedih atau pun bahagia.

 

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ ۝٣

وَتِلۡكَ ٱلۡأَیَّامُ نُدَاوِلُهَا بَیۡنَ ٱلنَّاسِ  وَلِیَعۡلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَیَتَّخِذَ مِنكُمۡ شُهَدَاۤءَۗ وَٱللَّهُ لَا یُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِینَ

 

Kenangan-kenangan yang dibentang oleh pesbuk sepanjang beberapa tahun terakhir ini sungguh menakjubkan. Bahwa kita pernah mengalami pasang surut pemikiran, turun naik neraca percintaan bahkan pergeseran dalam paradigma kehidupan menjadi tanda bahwa hidup ini amatlah dinamis. Kita telah melewati fase-fase dramatis dan tak terpikirkan dalam lipatan-lipatan hari, bulan dan tahun. Semuanya diluar catatan rencana kita.

 

Sesaat sebelum tidur, karena dipengaruhi oleh sinetron romantis di RCTI, boleh saja seseorang berkhayal kalau dia ingin jadi artis untuk bisa membelai lembut pipi Natasha Wilona. Semuanya baik-baik saja, kecuali dia harus mandi di subuh hari yang dingin karena mimpi basah. Besoknya, tak ada salahnya kalau dia tetap bersyukur kepada Allah, bahwa meski tak bisa menjadi artis, numpang narsis di pesbuk dan bisa berfoto dengan gaya-gaya alay adalah anugerah Tuhan yang jauh lebih halal dari sekadar membayangin wajah artis di alam bawah sadar.

 

Tuhan telah sejauh ini mengantarkan kita pada satu gerbang pengetahuan tentang jalan hidup yang berkesimpulan “bahwa cita-citaku menjadi pilot saat SD, tak seindah birahiku untuk mencintaimu”.

Komentar