Hari
ini sudut-sudut kampung yang berdekatan jaraknya dengan perkotaan atau pusat
ekonomi masyarakat sudah banyak dimasuki oleh para “pengembang” atau developer.
Tak terhitung berapa sudah tanah-tanah yang sudah berhasil dikuasai oleh para
investor dan pengusahan property itu. Salah satu Kampung yang ada di
Kabupaten Kubu raya, dikenal dengan Parit Serong, tempat diriku mengabdi
sebagai seorang santri pengikut Kiai. Kampung ini dianugerahi tanah yang subur,
berbagai jenis tumbuhan bisa tumbuh dengan subur, buah-buahan, sayur-mayur
semuanya tumbuh dengan suburnya.
Sekitar
sembilan atau sepuluh tahun yang lalu, kampung ini masih begitu sejuk, meskipun
akses ke pusat ekonomi di Kota Baru yang panas tidak begitu jauh. Pohon-pohon
durian yang tinggi menjulang, kelapa, rambutan, langsat serta pohon-pohon
pisang dan umbi-umbian masih mengisi hampir semua hamparan tanah yang terserak
di kampung ini. infrastruktur masih sederhana, bahkan memprihatinkan. Tapi,
nuansa sejuk dan damai masih kuat sekali terasa, ini berpengaruh kepada kultur
masyarakatnya pula.
Namun,
hari ini setelah beberapa proyek pembangunan perumahan dibangun, beberapa kebun
yang hijau nan rimbun harus hilang dan berganti dengan dinding-dinding rumah
yang berderet rapi. Hutan-hutan mulai hilang, hawa panas menerjang, dan
infrastruktur kian memprihatinkan. Jalan-jalan utama di kampung ini
bergelombang, bebatuan krikil bisa mengancam sepeda motor yang tipis bannya.
Kampung
Parit Serong ini secara geografis terletak di kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten
Kubu Raya. Daerah kampung ini biasanya disebut dengan Kobar Ujung (Kota Baru
Ujung), hal ini karena posisinya yang berada di ujung Jalan Daerah Kota Baru
yang memutus antara wilayah Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Simpang
tiga yang menghubungkan jalan Swadaya dan Punggur ada satu Jalan yang diberi
nama Jalan Perintis, lurus ke dalam, masuk ke Kampung Kali Mas, lalu belok
kanan masuk wilayah Parit Serong.
Kampung
ini berada di ujung jalan Perintis, menurut satu informasi, disebut Kampung
Parit Serong karena posisi kampungnya yang berbelok (nyerong) 50 derajat
dari garis lurus jalan kampung Kali Mas di depannya. Jika anda baru pertama
kali ke kampung ini, maka berhati-hatilah, karena kelok jalan ini termasuk
tajam ditambah luas jalan yang masih sempit, belum lagi akhir-akhir ini banyak
keluar masuk mobil dan sepeda motor bermuatan penuh hasil pertanian.
Komoditas
ekonomi utama kampung ini adalah hasil pertanian. Sebagian besar masyarakatnya
berkebun. Meski ada sebagian yang menjadi buruh bangunan, buruh tani, atau
bahkan menjadi pegawai di salah satu lembaga swasta. Mayoritas etnis penduduk
kampung ini sudah pasti Madura dengan kultur keagamaan yang masih kental nan
kuat. Sebagian besar masyarakatnya memiliki tali kekeluargaan sehingga
kekompakan warganya masih terjaga sampai saat ini.
Tepat
di ujung kampung ini ada sebuah Pesantren, bernama Pondok Pesantren Baitul
Mubarok. Sebuah pesantren yang sudah dirintis sejak lama oleh Kiai Haji Abdul
Muttholib Sukardi dan istrinya, Hj. Siti Aminah. Tepat di pesantren ini, sebuah
masjid berdiri kokoh dan menjadi pusat ritual keagamaan masyarakat seperti
salat jumat, hari raya bahkan momen Isra Mikraj dan Maulid Nabi. Masjid ini
memang tampak masih baru, namun usianya sudah cukup lama, bahkan jauh sebelum
pesantren Baitul Mubarok ini didirikan secara resmi pada tahun 2016 lalu.
Sekian
deskripsi geografis kampung Parit Serong. Yang menjadi fakta adalah kampung ini
kian panas oleh karena mulai terkikisnya hutan-hutan sebab masuknya beberapa
proyek perumahan yang dikembangkan oleh pegiat property. Selain itu,
jalan menuju kampung ini memang sedikit bermasalah karena kendaraan bermuatan
berat semakin hari semakin banyak masuk, sedangkan sumbangsihnya kepada
perbaikan jalan sangat minim. Akibatnya, akses masyarakat ke kota seringkali
harus lambat disebabkan rusaknya jalan.
Fakta
seperti ini memang bukan hanya di Parit Serong, hampir beberapa kampung yang
infrastrukturnya mulai membaik mulai disentuh oleh para pengembang. Sebagian
masyarakat dengan sukerala menjual tanahnya kepada para pengusaha itu. Meski
masih banyak pula yang sadar bahwa keberadaan tanah itu sangat penting bukan
untuk hari ini, tapi untuk beberapa puluh tahun ke depan, demi keberlangsungan
budaya bertani di kampungnya.
Bukan
hanya pengembang property hari ini yang masuk ke kampung-kampung,
melainkan korporasi yang bergerak dalam usaha pertanian seperti sawit sudah
mulai membuka lahan-lahan dengan luas puluhan hektar. Umumnya, daerah yang
tersentuh dengan berbagai proyek korporasi ini berada dekat dengan pinggiran
Kabupaten yang aksesnya dengan Kota Pontianak tidak begitu jauh.
Masuknya
proyek yang digawangi oleh perusahaan-perusahaan grup-grup property ini
memang memberikan dampak positif, di antaranya adalah terbukanya akses beberapa
wilayah yang terisolasi ke pusat-pusat daerah ekonomi. Beberapa pusat ekonomi
pun mulai bertumbuh seiring dengan berkembangnya satu daerah. Seperti sebuah
tempat pengap yang kemudian dibuka jendelanya aku tembias cahaya bisa masuk ke
dalam. Begitulah kondisi suatu kampung yang tersentuh oleh proyek pembangunan.
Komentar
Posting Komentar