Ujian dan Cinta

 


Cinta itu memang aneh. Pecinta kerap melakukan hal-hal yang terkesan menyulitkan yang dicinta. Tiba-tiba seorang cowok akan mencurhatkan segala hal kepadamu, oleh karena tingkah laku pacarnya yang dianggap offside dan terlalu mengekang hidup. Seorang suami tiba-tiba saja menjadi sosok yang lemah lembut ketika berhadapan dengan sang istri yang dianggap mampu mengungguli kewibawaannya. Seseorang yang mencintai pasangannya kadangkala sampai bersikap over-protective agar yang dicintai tak berpindah ke lain hati.

Kesulitan-kesulitan itu tampaknya merupakan harga mahal yang memang harus dibayar oleh orang yang mencari cinta dan mengharapkan balasannya. Perempuan yang kita taksir boleh jadi akan bersikap sedikit jual mahal, memberikan beberapa tuntutan yang boleh jadi sedikit sulit untuk kita lakukan. Namun, semua itu dia lakukan demi melihat sejauhmana keseriusan dan kesungguhan pria dalam mengharap akan cintanya.

Begitulah posisi cobaan di dalam hidup ini, semua hal yang begitu berat untuk kita lakukan dan jalani, kebingungan dan kadang pula nestapa yang kita temui, tak lebih dari sekadar pre-test yang diberikan oleh Sang Empunya hidup untuk mengukur sejauhmana kesungguhan kita dalam menjalai setiap jengkal hidup ini dengan penuh kesetiaan.

ولنبلونّكم بشيئ من الخوف والجوع ونقص من الأموال والأنفس والثمرات وبشّر الصابرين

Begitulah cinta Allah kepada hamba-Nya, cobaan sebagai upaya tegur sapa dari-Nya kepada kita. Mungkin, selama beberapa waktu, dalam beberapa kesempatan, kita terlalu kencang dalam mengendarai hidup, sehingga sering pula kita lupa, bahwa kita telah melupakan Allah dalam butir-butir capaian dan ambisi yang kita buat. Dalam waktu yang tak lama pula, Allah akan menegur kita dengan cara-Nya sendiri. Dengan tujuan, agar kita sedikit tengadah ke langit, mohon ampun atas lupa yang terlalu sering kita “ingat”.

Nabi Muhammad, pernah mengalami satu keputusasaan mendalam, ketika Malaikat Jibril tidak menyampaikannya dalam beberapa waktu. Dalam satu riwayat dikatakan: wahyu tidak turun selama empat hari. Orang-orang musyrik kemudian mencemooh, dan Ummu Jamil (istri Abu Lahab) berkata kepada Nabi:

ما أرى صاحبك إلا قد ودعك وقلاك

“Aku tidak melihatmu, kecuali kau sedang ditinggal oleh temanmu (Allah) dan dia membencimu”.

Ini adalah ujian paling dini yang diterima oleh Rasul pada awal perjalanannya dalam menyampaikan Risalah Tuhan. Keinginan Nabi untuk terus memperoleh wahyu ternyata tidak mudah, Allah ingin menegaskan, bahwa semendesak apapun keadaan Nabi Muhammad saat itu, wahyu tetaplah prorogatif-Nya. Bahkan, Nabi sendiri tak mampu memperoleh wahyu sebagai pembimbing dalam keadaan yang paling genting yang dia rasakan.

Telatnya wahyu turun adalah tegur sapa Allah kepada kekasih-Nya, yakni Nabi Muhammad, bahwa “kau boleh berambisi, tapi Akulah yang akan menentukan hasilnya!”. Diujung hopeless yang diderita oleh Nabi itu, secara perlahan kemudian Allah menghibur dengan turunnya surat al-Dhuha yang berisi pesan tentang kehidupan yang begitu kuat.

والضحى, واليل إذا سجى, ما ودّعك ربّك وما قلى

Sungguh benar sabda Nabi:

إذا أحبّ الله قوما, إبتلاهم, فمن رضي فله الرضا, ومن سخط فله السخط

Jika Allah mencintai satu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Kalau mereka menerima, Allah akan menerima mereka, dan kalau mereka justru murka, maka Allah juga akan murka”.

Komentar