Tanda
dari seorang mampu suatu bidang pengetahuan dengan baik adalah kemampuan
membuat skema tentang runtut dari logika yang membentuk keseluruhan dari inti
pelajaran itu. Ketidakmampuan untuk merangkai berarti menunjukkan bahwa
sejatinya seseorang belum bisa menemukan pemahaman yang utuh terhadap pelajaran
itu.
Logika
runtut dan rapi yang menghubungkan setiap objek pembahasan dari buku adalah
kunci utama untuk memahami ide dasar dari pemikiran yang diketengahkan dalam
buku tersebut. Jika otak kita tak mampu membuat berbagai korelasi yang logis
dari satu pembahasan kepada pembahasan lain, itu tandanya kita belum memahami
isi bahkan substansi dari sebuah pengetahuan yang disajikan.
“Makanya
aku endak begitu senang nonton film-film baru, karena belum kuketahui alur
ceritanya, konfliknya, signifikansi dari keseluruhan ceritanya”. Kata Mahas.
“Berarti,
gimane cara ente untuk suka film lama kalau pas lagi barunya ente udah endak
suka” kataku.
“Ya aku tonton trailernya, baca sinopsisnya, dan kalau bisa aku
harus minta pengantar agak detail dari orang yang terlebih dahulu nonton.” Jawab Mahas dengan mimik wajah gaya pemalas.
“Eh,
Has, yang namanya film seru itu salah satu syaratnya adalah mampu mengundang
rasa penasaran akan konflik, klimaks dan ending. Kalau plot dari ceritanya udah
ente dengar, terus ngape ente masih nak nonton”. Tukasku menimpali.
Mahas
tampak memasang kuda-kuda lehernya, menelan ludah untuk mempertegas suaranya,
matanya kini agak hidup, semua menunjukkan gelagat kalau dia sedang ingin
melakukan pembelaan khas dalam setiap perdebatan.
“Gini
ye, Wak. Ketika aku menonton sebuah film yang belum kuperoleh informasi tentang
cerita dan konfliknya, aku selalu merasa bahwa di tengah adegan para lakon
dalam film itu, aku adalah orang luar, aku tak hadir di dalam film itu, para
aktor hanya mengatraksikan akting mereka, sedangkan aku hanya menonton dengan
kepala kosong dan pikiran yang tumpul. Beda hal ketika aku sebelum nonton aku
membaca sinopsis atau dapat cerita dari kawan tentang beberapa scene menarik
dari film itu, ketika menonton aku merasa ada di dalamnya, hidup, bahkan serasa
aku turut menentukan skenarionya”.
“Maksudnya,
ente mau bilang kalau pengantar terhadap segala hal yang akan kita jalani itu
penting?”. Kataku curiga.
“Ya,
selain agar kita tak tersesat, kita juga punya gambaran sebelum akhirnya
memutuskan tetap maju, atau cari jalan pintas menuju ke lokasi yang sama”. Mahas
mempertegas dan menambah hipotesisku.
Aku belum
puas, dan Mahas tampak membaca gelagat itu, untuk tak lama kemudian dia berkata
lagi:
“Nah,
orang yang memahami satu pemikiran, gagasan atau teori, salah satu indikasinya
kemampuan mereka untuk menyederhanakan satu perspektif yang terkesan rumit
menjadi lebih mudah dicerna. Hal ini hanya mungkin kalau dia mampu menangkap
dan merangkai ide dalam pemikiran, gagasan atau teori itu dalam satu bingkai
logika yang kuat, sehingga setiap irisan dari suatu teori yang membentuk
gagasan dan pemikiran itu memiliki signifikansinya sendiri-sendiri, tapi irisan
itu tetap paralel dengan ide dasar yang tersimpan dibaliknya”.
“Dari sini inilah kemudian, manakala dia dituntut untuk menjelaskan
pengetahuan yang berkaitan, dia akan dengan sangat mudah mempresentasikan,
karena substansi dan logikanya sudah kuat di dalam pikiran”. Tutup Mahas.
Oke,
oke, oke, oke! Ujarku tanda paham
“Dan
guru yang baik, adalah guru yang mampu mempermudah segala sesuatu yang awalnya
sulit”.
ربّ اشرح لي صدري ويسّر لي أمري واحلل عقدة من لساني
يفقهوا قولي
Komentar
Posting Komentar