Walcome To Pembantu's Zone


15/09/2019


Perempuan itu makhluk indah nan begitu cerdas. Jika diberi peluang dan kesempatan yang sama antara pria dan wanita dalam belajar, perempuan bisa jadi lebih cerdas dalam banyak aspek, baik pengetahuan maupun emosional. Hal ini bisa saja tampak dalam satu kelas, di mana siswa laki-laki dan perempuan berbaur, siswa perempuan lebih tinggi tingkat emosional dan kedewasaannya dari pada siswa laki-laki. Belum lagi masalah juara kelas per-semester, perempuan selalu mengambil kursi di jajaran jawara kelas, bahkan naik ke posisi juara umum, tak jarang.

Sewaktu aku duduk di bangku sekolah, teman-teman perempuan di kelasku selalu menjadi penyelamat bagi seisi kelas, karena hanya merekalah yang kerap memperhatikan kebersihan, pekerjaan rumah sampai tugas menyiapkan fasilitas belajar di ruang kelas. Dan tentu saja, dari bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, juara-juara di kelasku tak pernah lepas dari nama-nama perempuan cerdas di sana.

Aku bahkan tak bisa membayangkan, bagaimana jadinya nasib kelasku sewaktu SD (kelas enam B) di SDN 23 Pontianak, kalau tak ada perempuan-perempuan berbakat di kelasku. Bukannya tak ada siswa laki-laki yang pintar, ada walau hanya beberapa. Tapi yang memiliki kepedulian terhadap guru dan kelas dengan bakat kecerdasan emosional bahkan intelektual yang tinggi, hanyalah perempuan yang mampu menggabungkannya.

Teman-teman laki-laki di kelas enam B, walau ada yang pintar, biasanya mereka kurang memiliki kecerdasan emosional, bahkan tak punya kepekaan sosial. Bayangkan, untuk minta contekan saja, aku harus mengancam untuk membocorkan ban sepedanya yang diparkir di samping warung sebelah sekolah. Keberadaan beberapa perempuan cerdas di kelas sungguh menjadi penyelamat bagi orang-orang nakal sepertiku.

Di antara kecerdasan yang dimiliki perempuan adalah kecerdasannya menggunakan bahasa-bahasa yang multi-interpretatif. Perempuan memang senang menggunakan bahasa tak langsung terutama bagi orang-orang yang dekat dengan dia. Bahasa tak langsung ini bisa berupa sindiran yang menusuk atau pujian yang halus namun bikin siapapun lelaki bisa kikuk.

Salah satunya adalah ketika seorang perempuan dengan terpaksa harus menolak cinta seorang lelaki. Perempuan akan menggunakan beberapa bahasa diplomatis yang memungkinkan dia untuk selamat dari sasaran tembakan cinta yang dilontarkan oleh lelaki itu. Kata-kata yang umum dan paling sering kudengar tatkala perempuan menolak cinta lelaki adalah “Abang terlalu baik untukku”. Jika kata ini sudah keluar, lebih baik kita sebagai lelaki harus mundur dengan teratur tanpa komando.

Banyak lelaki - atau lebih tepatnya jomblo- yang tak paham dengan kata-kata ini. kemudian mereka bertanya-tanya, “apakah aku harus berubah jadi lelaki jahat dulu baru dapat cintanya?”. Nyatanya tidak demikian, kata-kata “terlalu baik” adalah ungkapan untuk sebuah pemikiran bahwa “kamu terlalu baik, segala yang aku minta kau berikan, sehingga dikau lebih layak jadi kacungku”.

Atau bisa jadi maknanya adalah “engkau terlalu baik, sampai mau-maunya nembak aku yang sudah pasti tak mungkin mau padamu”. Ini baru satu kata untuk memperlihatkan bagaimana cerdas dan lihainya perempuan dalam menggunakan bahasa agar si Jones itu tidak putus semangat dalam rangka mencari cintanya, meski yang dicari tak kunjung jua tiba. Jadi, buat para jomblo yang ditolak dengan kata begitu, kuucapkan “welcome to pembantu’s zone!”.

Sebenarnya masih banyak cara yang biasanya diucapkan oleh seorang wanita manakala dia menyampaikan pemikiran, gagasan atau bahkan kekecewaan dan ketidakenakannya kepada orang-orang.

Komentar