Si Pendosa



Habib Abdullah al-Haddad dalam karya-karyanya sering menegaskan bahwa dosa bisa menyebabkan seseorang tertutup dari kebaikan, baik duniawi atau ukhrowi. Lebih dari itu, dosa juga akan memberikan bintik hitam dalam hati, jikapun dosa itu begitu kecil, namun rutin dikerjakan oleh seseorang, maka lama-lama akan membuat hati seseorang hitam legam, semakin jauh dari kebaikan. Dosa juga bisa menyebabkan kesulitan rejeki, kesulitan terkabulnya harapan, serta membuat seseorang sulit untuk menghasrati kebaikan.

Demikianlah dosa, semakin lama jika dibiarkan, semakin membuat hati seseorang jauh dari segala kebaikan, dan semakin dekat dengan segala keburukan. Dosa memang tidak membutakan mata lahir kita dari suatu perkara yang baik, bagiku sesuatu yang baik tetaplah baik, seorang preman pasar yang jauh dari agama, mereka masih berkeyakinan bahwa mentaati perintah Tuhan adalah kebaikan dan jalan keselamatan. Dan seorang PSK benar-benar mengerti bahwa yang dia kerjakan adalah sebuah keburukan, mereka masih meyakini bahwa jalan yang ditempuh dalam hidupnya adalah sebuah kehinaan dan kenistaan. Namun, jika mereka tahu hal itu, mengapa masih saja mereka mengerjakannya?

Mata hati sudah gelap, sehingga sesuatu yang tampak terang di mata, begitu gelap, seram dan terlihat begitu membingungkan bagi pendosa. Layaknya orang yang sedang dirundung berbagai masalah, hingga terkadang mereka lebih memilih untuk tak mengerjakan apapun selain menghindar dari sejuta masalah yang terus menghantuinya. Mata lahir kita melihat bahwa masalah itu bisa dikerjakan, namun tak sedikitpun langkah kaki diayunkan guna mulai proses penyelesain. Kenapa masalah yang harusnya bisa teratasi itu begitu rumit dalam pikiran dan kadang mendorong seseorang untuk tak berbuat apapun?

Tumpukan dosa yang terus menggunung akan menutupi mata hati, mata bathin dan segala mata yang selama ini digunakannya untuk melihat sesuatu yang tak tampak. Dosa akan membuat ketertutupan itu, sehingga seuatu yang tampak baik tak akan dikerjakan, sesuatu yang sebenarnya mudah tak akan dilaksanakan, oleh karena pikiran dan hatinya telah dibutakan, sehingga begitu berat rasanya sebuah pekerjaan. Ringan hati dalam mengerjakan suatu kebaikan disebabkan oleh bersihnya hati itu dari berbagai kotoran dosa. Meskipun ada, ia cepat-cepat membersihkannya.

Begitu banyak dan beragamnya dosa yang sering dikerjakan oleh si pendosa, seolah hendak menyaingi keluasan ampunan dan kasih sayang Tuhan. Di mana kaki melangkah, di mana mata melihat, di mana pikiran berlabuh, di mana hati mencerap rasa, seolah semuanya selalu membawa serta dosa. Ketika seorang pendosa meratapi dosa-dosanya, seraya matanya menangkap hal-hal penuh dosa yang dikerjakan oleh orang lain, lalu kemudian dia merasa bahwa ternyata masih ada manusia yang lebih berdosa dari dia. Allah! Itu adalah dosa yang lain lagi, merasa lebih suci dari orang lain berarti menambah satu titik lagi di dinding hati kita yang sudah tertutup oleh jutaan titik lain.

Kiri dan kanan jalan si pendosa adalah dosa, jalan tengah juga tak kalah penuh dosa. Menatap ke depan, ke belakang, ke samping, ke atas atau ke bawah, semuanya dikelilingi dosa. Noda hitam itu ternyata mengelilingi seantero jalan hidupnya. Kadang pendosa terus berlalu ke depan melahap dosa-dosa di depannya dengan cepat, kadang ke samping, atau kadang dia mundur ke belakang, mengulangi dosa-dosa yang sudah dilaluinya. Tak sedikipun dia memilih untuk tinggal atau tak melangkah sama sekali.

Dalam kondisi tak melangkah, tak menoleh bahkan tak bereaksi terhadap apapun, bagi si pendosa adalah momen eksistensial. Tidak ada yang lebih baik kecuali berhenti melangkah, hari ini dia harus duduk bersimpuh dalam kegelapan dosa-dosa itu, bukan untuk meratapi kegelapan tapi untuk meminta bimbingan kepada Allah, meminta sedikit dari cahaya-Nya yang memancar dalam setiap sudut gelap. Manusia pendosa yang papa, tak memiliki daya apapun untuk keluar dari kegelapan jalan itu, kecuali atas bantuan dan pertolongan-Nya.

Komentar