(9/8/18)
Fenomena game menjadi sangat mewabah hari ini.
Setiap sudut kota Pontianak yang memang dipenuhi deretan warkop-warkop dengan
fasilitas wifi hampir dipenuhi oleh orang-orang yang memutar handphone-nya
seraya membungkukan kepala, fokus memandangai layar segi empat dengan berbagai
corak dan ukuran. Sesekali teriakan girang, kekesalan bahkan sumpah serapah
yang menyesak terlontar begitu saja, seperti sedang duduk di toilet pribadi
lalu teringat kalau air di bak ternyata habis, hendak ke mana gerangan
bercebok? Tak lagi perduli dengan mereka yang duduk di sisi kanan kirinya.
Bahkan mereka yang membawa pacar hanya dibiarkan merenungi cappucino es
yang dipesan, dibiarkannya wanita itu menghitung titik demi titik uap dingin
yang membasahi sekujur pinggiran gelasnya, mengalir dengan pelan lalu dengan
sendirinya menggenang hampa.
Mereka –para penikmat game- bisa jadi sedang mabuk
gila dengan game mobile legend yang suara berisiknya memenuhi seantero
warkop. Sampai tak bisa merespon bahwa pacarnya sedang ingin bercerita tentang
hasil ujian kuliahnya yang gemilang, atau tentang orang tuanya yang sedang
terbaring sakit, atau sekadar ingin berbagi pengalamannya berlibur ke kota Amoy
(Singkawang) yang penuh dengan panorama keindahan alam. Para wanita yang telah
merelakan hati untuk dicintai oleh penggila game itu hanya ingin curhat,
berbagi dan belajar untuk berarti.
Demikianlah negeri ini sedang dilanda satu penyakit yang
sangat berbahaya jika tak segera disiasati dengan berbagai langkah,
menjangkitnya game melalui handphone yang hari ini hampir menjadi
nadi semua orang, terutama pemuda yang hidupnya sudah dirasuki angin peradaban
kota yang semakin mentereng. Game yang bermacam-macam jenisnya hari ini
telah membuat sebagian dari muda-mudi menghabiskan waktunya hanya untuk
bersenang-senang tanpa ada tujuan yang jelas. Walhasil, membaca atau aktifitas
produktif lainnya menjadi tidak maksimal. Ironis.
Komentar
Posting Komentar