Rasulullah adalah sosok yang begitu bijak dalam memberikan fatwa dan ajaran kepada umatnya. mafhum dalam banyak hadis yang bersumber dari berbagai riwayat dengan berbagai kualitas di mana Nabi Muhammad menampilkan diri sebagai seorang yang begitu arif dan bijak dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapkan kepadanya. suatu contoh misalnya, ketika ada seorang sahabat bertanya kepada beliau tentang perbuatan apa yang paling mulia dan utama. beliau selalu menjawab dengan sebuah jawaban yang sifatnya tampak seolah final, namun jika ditanya lagi oleh sahabat yang sama, dia akan memberikan jawaban yang lain dengan pertanyaan yang sama. hingga penanya benar-benar mampu melaksanakan dan merasa puas. perhatikan hadis berikut :
Dari ibnu mas'ud berkata,:" aku bertanya kepada Rasululloh shollallohu alaihi wasallam tentang amal apakah yang paling utama di sisi Allah ? Rasul menjawab : " sholat tepat pada waktunya."
aku berkata : " kemudian apalagi ?" Rasul menjawab: " berbuat baik kepada kedua orang tua."
aku berkata : " kemudian apa lagi ?" Rasul menjawab: " jihad fisabilillah."(HR. Bukhori dan Muslim)
Apa yang kita tangkap dari hadis itu mungkin sekadar isi dari matan hadis. namun, nun jauh di sana tersirat betapa sosok penuh bijak Nabi Muhammad Saw terlampir dengan jelas. narasi dalam hadis tersebut, Rasul memberikan jawaban bagi pertanyaan seputar ibadah yang paling disenangi di sisi Allah. jawaban pertama adalah sholat tepat waktu, sedang yang kedua, adalah berjihad di jalan Allah. satu pertanyaan dengan dua jawaban.
Hal di atas menunjukkan betapa bijaknya Rasul dalam memberikan jawaban bagi problem yang diajukan kepadanya. tentu dengan sedikit meraba, kita bisa berkesimpulan bahwa Rasul sedang berupaya menyesuaikan sebuah ajaran dengan konteks serta kondisi yang mengitari sang penanya. tampak juga jawaban Rasul dalam tiap poin tidak ruwet, alias gamblang dan bersifat final. hal ini bertujuan untuk memberikan kepastian kepada penanya bahwa apa yang beliau sampaikan berangkat dari landasan-landasan yang konkrit dengan wahyu Allah sebagai basis fundamentalnya.
Di lain sisi, kita juga bisa menemukan keagungan sosok dan tingkat kecerdasan beliau yang begitu tinggi ketika sang penanya memberikan soalan susulan dalam topik yang sama. Penanya tampak sedang berusaha mencari keringanan dari apa yang Rasul titahkan dalam jawaban pertama. Rasul dalam hal ini - dan ini yang paling menarik- bukan malah mempertegas jawaban pertama yang sudah barang pasti, tapi memberikan jawaban yang sama sekali berbeda nada dengan jawaban pertama yakni sholat tepat waktu, sedangkan jawaban kedua adalah berjihad di jalan Allah.
Apakah Rasul plin-plan dan tidak tegas dalam menentukan sebuah nilai ? tentu saja tidak. Di sini minimal secara tersirat kita bisa menemukan keluasan perspektif Rasul dalam menghadapi sebuah situasi, sehingga nilai yang beliau tawarkan terasa begitu kenyal dan mudah dikonsumsi oleh para sahabat dan juga penanya. hal ini sekaligus mempresentasikan tentang betapa luas spektrum suatu konsep tentang kebenaran dan ekspresinya, sehingga begitu menyesakkan, jika kemudian kebenaran serta nilai-nilai kebaikan hanya dibendung dalam satu perspektif seraya menyalahkan berbagai ekspresi yang dilakukan oleh seseorang.
أخرج الشيخان عن ابن مسعود قال: سَأَلْتُ رَسُولَ الله أيُّ العَمَلِ
أَحَبُّ إلى الله؟ قَالَ: الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِها. قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟
قَالَ: بِرُّ الوَالِدَيْنِ. قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الجِهَادُ فِي
سَبِيلِ الله.
aku berkata : " kemudian apalagi ?" Rasul menjawab: " berbuat baik kepada kedua orang tua."
aku berkata : " kemudian apa lagi ?" Rasul menjawab: " jihad fisabilillah."(HR. Bukhori dan Muslim)
Apa yang kita tangkap dari hadis itu mungkin sekadar isi dari matan hadis. namun, nun jauh di sana tersirat betapa sosok penuh bijak Nabi Muhammad Saw terlampir dengan jelas. narasi dalam hadis tersebut, Rasul memberikan jawaban bagi pertanyaan seputar ibadah yang paling disenangi di sisi Allah. jawaban pertama adalah sholat tepat waktu, sedang yang kedua, adalah berjihad di jalan Allah. satu pertanyaan dengan dua jawaban.
Hal di atas menunjukkan betapa bijaknya Rasul dalam memberikan jawaban bagi problem yang diajukan kepadanya. tentu dengan sedikit meraba, kita bisa berkesimpulan bahwa Rasul sedang berupaya menyesuaikan sebuah ajaran dengan konteks serta kondisi yang mengitari sang penanya. tampak juga jawaban Rasul dalam tiap poin tidak ruwet, alias gamblang dan bersifat final. hal ini bertujuan untuk memberikan kepastian kepada penanya bahwa apa yang beliau sampaikan berangkat dari landasan-landasan yang konkrit dengan wahyu Allah sebagai basis fundamentalnya.
Di lain sisi, kita juga bisa menemukan keagungan sosok dan tingkat kecerdasan beliau yang begitu tinggi ketika sang penanya memberikan soalan susulan dalam topik yang sama. Penanya tampak sedang berusaha mencari keringanan dari apa yang Rasul titahkan dalam jawaban pertama. Rasul dalam hal ini - dan ini yang paling menarik- bukan malah mempertegas jawaban pertama yang sudah barang pasti, tapi memberikan jawaban yang sama sekali berbeda nada dengan jawaban pertama yakni sholat tepat waktu, sedangkan jawaban kedua adalah berjihad di jalan Allah.
Apakah Rasul plin-plan dan tidak tegas dalam menentukan sebuah nilai ? tentu saja tidak. Di sini minimal secara tersirat kita bisa menemukan keluasan perspektif Rasul dalam menghadapi sebuah situasi, sehingga nilai yang beliau tawarkan terasa begitu kenyal dan mudah dikonsumsi oleh para sahabat dan juga penanya. hal ini sekaligus mempresentasikan tentang betapa luas spektrum suatu konsep tentang kebenaran dan ekspresinya, sehingga begitu menyesakkan, jika kemudian kebenaran serta nilai-nilai kebaikan hanya dibendung dalam satu perspektif seraya menyalahkan berbagai ekspresi yang dilakukan oleh seseorang.
Komentar
Posting Komentar