Mereka Yang Gak Paham

begini loh : hermeneutika secara umum itu sependek bacaanku bukanlah sebuah metode. ia adalah sebuah ide tentang epistemologi teks yang menyejarah. dikatakan menyejarah kalau ada indikasi historisnya, maka secara tidak langsung suka atau tidak, sebuah teks sudah masuk dalam lipatan-lipatan historis. teks apapun itu yang mengisi ruang-waktu suka atau tidak suka dengan sendirinya direkonstruksi oleh sejarah. ini fakta pak ya.. demikian juga Alquran umpamanya, persentuhannya dengan ragam budaya,waktu dan fakta setempat, telah membentuk aspek historisitasnya secara langsung maupun tidak, dan percumbuan ini telah melahirkan "makna" di dalam teks al-Quran itu sendiri.
karna hermeneutika ini masih dalam tataran ide tentang pe"makna"an, maka beragam pandang lahir dalam rangka meng-aktualisasikan nilai-nilai yang ada di dalam ide hermeneutika itu. di sinilah kita bisa membaca pola-pola hermeneutika yang dikembangkan oleh pemikir-pemikiran hermeneutika klasik hingga yang modern. lahirnya beragam pengembangan hermeneutika ini adalah sebuah upaya memberikan landasan epsitemilogi dalam rangka memahami sebuah teks yang -sekali lagi- menyejarah.
yang ingin saya katakan adalah, apa yang disampaikan oleh NW beberapa waktu lalu, bukanlah sebuah metode ataupun prinsip baku dalam tafsir. yang disampaikannya tak lain adalah aspek paling mendasar yang mana siapapun dia yang berinteraksi dengan suatu teks tidak akan pernah terlepas dari realitas seperti ini. teks itu "perawan", dia tidak berucap tentang makna, dia hanya memiliki makna jika dia sudah tersentuh oleh manusia (menyejarah). makna adalah produk teks, dia tidak pernah sakral layaknya si "teks", dia profan sampai kapanpun. kenapa demikian ?, karna makna adalah produksi sejarah.

Komentar